Menangkap Ikan
Publisher: TukangSorban
Zine ini adalah edisi kedua dari proyek Sepakbola Sekarat, produksi
TukangSorban. Edisi kedua ini akan membahas bagaimana kejamnya orang
– orang berseragam kepada masyarakat khususnya adalah suporter yang
ada di dalam tribun. Aparat sendiri memiliki slogan sebagai pengayom
masyarakat, dimana mereka adalah institusi pertama yang dicari
masyarakat apabila masyarakat mengalami ketidakadilan. Sayangnya
slogan tersebut sangat jauh dari kenyataan. 135 Korban jiwa di Kanjuruhan
adalah bukti terbaru tentang kekejaman Aparat.
Keblunderan tersebut sebenarnya tidak hanya di dalam lingkup tribun atau
suporter akar rumput, Aparat selalu berbuat diluar batas , lewat dalih
pengamanan. Contohnya adalah penculikan kepada individu yang berani
bersuara, mulai dari pelajar yang melakukan aksi, aktivis HAM yang
membela masyarakat tertindas hingga mengarang cerita sebodoh
mungkin.
“Dasar suporter kampungan, contoh tuh di Eropa mereka dewasa, gaada
yang rusuh”
ucap orang awam atau penikmat sepakbola. Kultur No Name
No Face yang di terapkan di Eropa benar – benar dilakukan merekalah yang
menjadi incaran – incaran aparat, mereka lah yang memakai brand Adidas
hingga Nike tetapi dengan cara menjarah. Kultur No Name No Face sendiri
juga banyak digunakan di Indonesia, namun semua itu hanya aksesoris,
mereka tetap selalu mudah di giring oleh ketua atau korwil dan menjadi
kambing yang digembala ketua umum.
Apakah kita tetap harus berteman dengan Aparat ? Jawaban tersebut ada
di hati kalian masing – masing, namun Zine kedua ini akan membeberkan
fakta bahwa Aparat tidak sebaik di depan kamera atau di depan Televisi.
Description:
Zine ini adalah edisi kedua dari proyek Sepakbola Sekarat, produksi
TukangSorban. Edisi kedua ini akan membahas bagaimana kejamnya orang
– orang berseragam kepada masyarakat khususnya adalah suporter yang
ada di dalam tribun. Aparat sendiri memiliki slogan sebagai pengayom
masyarakat, dimana mereka adalah institusi pertama yang dicari
masyarakat apabila masyarakat mengalami ketidakadilan. Sayangnya
slogan tersebut sangat jauh dari kenyataan. 135 Korban jiwa di Kanjuruhan
adalah bukti terbaru tentang kekejaman Aparat.
Keblunderan tersebut sebenarnya tidak hanya di dalam lingkup tribun atau
suporter akar rumput, Aparat selalu berbuat diluar batas , lewat dalih
pengamanan. Contohnya adalah penculikan kepada individu yang berani
bersuara, mulai dari pelajar yang melakukan aksi, aktivis HAM yang
membela masyarakat tertindas hingga mengarang cerita sebodoh
mungkin.
“Dasar suporter kampungan, contoh tuh di Eropa mereka dewasa, gaada
yang rusuh”
ucap orang awam atau penikmat sepakbola. Kultur No Name
No Face yang di terapkan di Eropa benar – benar dilakukan merekalah yang
menjadi incaran – incaran aparat, mereka lah yang memakai brand Adidas
hingga Nike tetapi dengan cara menjarah. Kultur No Name No Face sendiri
juga banyak digunakan di Indonesia, namun semua itu hanya aksesoris,
mereka tetap selalu mudah di giring oleh ketua atau korwil dan menjadi
kambing yang digembala ketua umum.
Apakah kita tetap harus berteman dengan Aparat ? Jawaban tersebut ada
di hati kalian masing – masing, namun Zine kedua ini akan membeberkan
fakta bahwa Aparat tidak sebaik di depan kamera atau di depan Televisi.