'Menulis untuk Mengingat: Catatan Penghuni Rusun Jatinegara' adalah kumpulan tulisan hasil peserta kelas menulis yang diinisiasi oleh Tim Islam Bergerak, Yusni Aziz dari Ruang Arsitektur dan jurnalis senior (waktu itu masih bekerja di The Jakarta Post) Evi Mariani Sofian. Latarbelakang kelas menulis tersebut adalah penggusuran massif yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Basuki Tjahja Purnama di tahun-tahun 2015-2016.
Penggusuran senantiasa melekat dalam sejarah pembangunan kota di manapun di seluruh dunia (Gugler dan Gilbert, 1996), tak terkecuali Jakarta (Azuma, 2001). Tapi di tahun-tahun di mana politik sektarian mencapai kulminasi tertinggi dalam sejarah politik di Indonesia tersebut, praktek penggusuran mencapai level baru di mana itu dirayakan oleh lapisan kelas menengah dan elit intelektual di Indonesia (baca: Jakarta). Kelas tersebut kemudian kami inisiasi sebagai komitmen kami untuk mendukung kawan seperjuangan kami yang sedang bertungkus-lumus melawan kezaliman dan perundungan; warga korban penggusuran itu sendiri. Kami memulai kelas tersebut tanpa ekspektasi apapun, kecuali keinginan kami untuk belajar kompleksitas dari penggusuran itu sendiri. Bahwa kemudian kelas ini menghasilkan satu bunga rampai yang sedang ada di hadapan pembaca sekalian, itu pertama-tama, hanya mungkin karena kegigihan dan kesabaran warga peserta kelas menulis. Kami bisa mengatakan bahwa bunga rampai ini tak sekedar rekaman peristiwa belaka. Lebih dari itu, ia adalah ekspresi perlawanan yang kuat dari orang-orang yang dizalimi. Secara tidak langsung, bunga rampai ini juga membungkam banyak komentar miring terhadap kelas menengah dan intelektual terdidik tidak tahu malu yang meletakkan persoalan kota pada mereka yang paling terpinggirkan dalam segala aspek kehidupan urban.
Description:
'Menulis untuk Mengingat: Catatan Penghuni Rusun Jatinegara' adalah kumpulan tulisan hasil peserta kelas menulis yang diinisiasi oleh Tim Islam Bergerak, Yusni Aziz dari Ruang Arsitektur dan jurnalis senior (waktu itu masih bekerja di The Jakarta Post) Evi Mariani Sofian. Latarbelakang kelas menulis tersebut adalah penggusuran massif yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Basuki Tjahja Purnama di tahun-tahun 2015-2016.
Penggusuran senantiasa melekat dalam sejarah pembangunan kota di manapun di seluruh dunia (Gugler dan Gilbert, 1996), tak terkecuali Jakarta (Azuma, 2001). Tapi di tahun-tahun di mana politik sektarian mencapai kulminasi tertinggi dalam sejarah politik di Indonesia tersebut, praktek penggusuran mencapai level baru di mana itu dirayakan oleh lapisan kelas menengah dan elit intelektual di Indonesia (baca: Jakarta). Kelas tersebut kemudian kami inisiasi sebagai komitmen kami untuk mendukung kawan seperjuangan kami yang sedang bertungkus-lumus melawan kezaliman dan perundungan; warga korban penggusuran itu sendiri. Kami memulai kelas tersebut tanpa ekspektasi apapun, kecuali keinginan kami untuk belajar kompleksitas dari penggusuran itu sendiri. Bahwa kemudian kelas ini menghasilkan satu bunga rampai yang sedang ada di hadapan pembaca sekalian, itu pertama-tama, hanya mungkin karena kegigihan dan kesabaran warga peserta kelas menulis. Kami bisa mengatakan bahwa bunga rampai ini tak sekedar rekaman peristiwa belaka. Lebih dari itu, ia adalah ekspresi perlawanan yang kuat dari orang-orang yang dizalimi. Secara tidak langsung, bunga rampai ini juga membungkam banyak komentar miring terhadap kelas menengah dan intelektual terdidik tidak tahu malu yang meletakkan persoalan kota pada mereka yang paling terpinggirkan dalam segala aspek kehidupan urban.
Selamat mengunduh dan membaca. Lal Salam!
- https://islambergerak.com/download/menulis-untuk-mengingat/