Sepuluh esai dalam buku ini lahir dengan cara yang ber- agam. Esai 1 dan 2 adalah esai media massa, sehingga bentuknya pun seperti esai populer pada umumnya. Keduanya terbit pertama kali di detik.com. Esai 3, 4, 6, dan 7 lahir dari polemik-semi-tawuran di media sosial. Sementara esai-esai lainnya lahir dari ruang kelas selama kuliah sarjana di Fakultas Filsafat UGM.
Sepuluh esai tersebut, meski lahir dari konteks yang berbeda-beda, terikat oleh satu hal yang sama: persinggungan antara filsafat dan sains. Bagi saya, dua bidang penyelidikan ini, selain tidak dapat direduksi satu sama lain, juga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya harus saling melengkapi; keduanya harus saling belajar. Hanya dengan cara itu, pengetahuan kita tentang banyak hal bisa berkembang.
Description:
Sepuluh esai dalam buku ini lahir dengan cara yang ber- agam. Esai 1 dan 2 adalah esai media massa, sehingga bentuknya pun seperti esai populer pada umumnya. Keduanya terbit pertama kali di detik.com. Esai 3, 4, 6, dan 7 lahir dari polemik-semi-tawuran di media sosial. Sementara esai-esai lainnya lahir dari ruang kelas selama kuliah sarjana di Fakultas Filsafat UGM.
Sepuluh esai tersebut, meski lahir dari konteks yang berbeda-beda, terikat oleh satu hal yang sama: persinggungan antara filsafat dan sains. Bagi saya, dua bidang penyelidikan ini, selain tidak dapat direduksi satu sama lain, juga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya harus saling melengkapi; keduanya harus saling belajar. Hanya dengan cara itu, pengetahuan kita tentang banyak hal bisa berkembang.
Yogyakarta,
Taufiqurrahman
- https://antinomi.org/product/mengapa-sains-layak-dipercaya/