Pada mulanya kami bermimpi, tentang kisah-kisah yang jauh dan dunia-dunia yang dekat. Kami ingin memetik semuanya satu per satu, lalu merajutnya menjadi sepotong selimut yang hangat untuk hari yang dingin. Namun, pertama-tama, kami harus mencari. Kami memutuskan dengan sangat hati-hati, Takdirlah yang mula-mula harus kami cari. Kami mencari dan mencari, dan kami pun bersua dengan para kontributor yang (semoga saja) berbahagia. Mereka mengantar Takdir kepada kami, untuk kita. Rajutan kami tak sempurna, tapi naskah-naskah yang menemani kami mengantar proyek kami sedikit lebih dekat pada kebahagiaan dan kesempurnaan.
Pada rajutan pertama, Fatru Tamzil yang akan kita temui. Naskahnya berjudul Akhir Bahagia untuk Cucu Kakek, di mana kita akan bertemu sebuah dongeng yang lembut. Di sini kita harus memberi tahu diri kita, bahwa kita harus terlena. Terlenalah, sebab selanjutnya kita akan bertemu Kenny Andriana dengan naskahnya, Can You Use Your Flying Car and Come Pick Me Up? Ada dialog yang menunggu kita. Tanda tanya tentang nasib dan takdir dirajut dalam sebuah percakapan. Lalu ada Sofia Tantono dengan naskahnya, Sebuah Andaian. Dan, seperti kebanyakan andaian, sekali-kali kita harus berhenti pada titik dan koma pada kisah-kisah yang Sofia tuturkan, untuk berandai-andai dan meraba kembali ke mana perginya kebahagiaan kita. Naskah keempat adalah Tarus Lan dengan non-fiksi spekulatifnya, If Our Fate Is Set In Stone, Would It Matter What We Choose?Sabar, jangan jawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu sebelum kamu menyelesaikan paragraf terakhir. Biarkan dirimu percaya akan rapuhnya takdir kita di jagat raya.
Segalanya terlalu mengerikan … mungkin. Oleh karenanya, temuilah naskah selanjutnya oleh Ranna Madellin, yang berjudul aku, merah, kau. Sebuah kisah cinta, bisa dibilang. Sebuah kisah tentang jodoh, bisa dibilang. Bacalah dengan merebah, dengan tersenyum, sebelum beralih menuju naskah selanjutnya: Plackeinstein, dengan karyanya Esirum. Sebuah pertanyaan ditegakkan tinggi-tinggi, mengenai alienasi dan dunia tempat kita mengada. Masihkah kita mengenal satu sama lain di sini? Barangkali masih, maka mari menuju naskah terakhir dalam rajutan takdir kami, Kemudian, Hilang oleh Nunggal Sera. Adalah kisah mencekam yang singkat, padat, dan unik. Hidangan penutup kita, untuk kemudian meninggalkan Proyek Utopia edisi ini dengan lebih banyak pertanyaan daripada sebelumnya.
Description:
Pada mulanya kami bermimpi, tentang kisah-kisah yang jauh dan dunia-dunia yang dekat. Kami ingin memetik semuanya satu per satu, lalu merajutnya menjadi sepotong selimut yang hangat untuk hari yang dingin. Namun, pertama-tama, kami harus mencari. Kami memutuskan dengan sangat hati-hati, Takdirlah yang mula-mula harus kami cari. Kami mencari dan mencari, dan kami pun bersua dengan para kontributor yang (semoga saja) berbahagia. Mereka mengantar Takdir kepada kami, untuk kita. Rajutan kami tak sempurna, tapi naskah-naskah yang menemani kami mengantar proyek kami sedikit lebih dekat pada kebahagiaan dan kesempurnaan.
Pada rajutan pertama, Fatru Tamzil yang akan kita temui. Naskahnya berjudul Akhir Bahagia untuk Cucu Kakek, di mana kita akan bertemu sebuah dongeng yang lembut. Di sini kita harus memberi tahu diri kita, bahwa kita harus terlena. Terlenalah, sebab selanjutnya kita akan bertemu Kenny Andriana dengan naskahnya, Can You Use Your Flying Car and Come Pick Me Up? Ada dialog yang menunggu kita. Tanda tanya tentang nasib dan takdir dirajut dalam sebuah percakapan. Lalu ada Sofia Tantono dengan naskahnya, Sebuah Andaian. Dan, seperti kebanyakan andaian, sekali-kali kita harus berhenti pada titik dan koma pada kisah-kisah yang Sofia tuturkan, untuk berandai-andai dan meraba kembali ke mana perginya kebahagiaan kita. Naskah keempat adalah Tarus Lan dengan non-fiksi spekulatifnya, If Our Fate Is Set In Stone, Would It Matter What We Choose? Sabar, jangan jawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu sebelum kamu menyelesaikan paragraf terakhir. Biarkan dirimu percaya akan rapuhnya takdir kita di jagat raya.
Segalanya terlalu mengerikan … mungkin. Oleh karenanya, temuilah naskah selanjutnya oleh Ranna Madellin, yang berjudul aku, merah, kau. Sebuah kisah cinta, bisa dibilang. Sebuah kisah tentang jodoh, bisa dibilang. Bacalah dengan merebah, dengan tersenyum, sebelum beralih menuju naskah selanjutnya: Plackeinstein, dengan karyanya Esirum. Sebuah pertanyaan ditegakkan tinggi-tinggi, mengenai alienasi dan dunia tempat kita mengada. Masihkah kita mengenal satu sama lain di sini? Barangkali masih, maka mari menuju naskah terakhir dalam rajutan takdir kami, Kemudian, Hilang oleh Nunggal Sera. Adalah kisah mencekam yang singkat, padat, dan unik. Hidangan penutup kita, untuk kemudian meninggalkan Proyek Utopia edisi ini dengan lebih banyak pertanyaan daripada sebelumnya.
- https://proyekutopia.wordpress.com/2022/10/06/subjek-01-telah-terbit/